Tradisi yang Terjaga

imlek

SMK Katolik Santa Maria Pontianak – Imlek merupakan salah satu hari raya penting yang sangat dinantikan oleh masyarakat Tionghua dimanapun berada. Ditinjau dari katanya, imlek dalam Bahasa Mandarin disebut dengan “Chunjie” (春節) yang terdiri dari 2 kata yaitu: “Chun 春” berarti Musim Semi, “Jie 節” berarti Festival/Hari Raya. Jadi Chunjie 春節 adalah Festival Musim Semi, yaitu suatu hari besar yang merayakan datangnya musim semi. Datangnya musim semi sekaligus menandakan berakhirnya musim dingin, dimana semua orang bersukacita dengan kembalinya cuaca yang bagus, tidak tertutup salju lagi, para petani bisa bercocoktanam Kembali, serta setiap orang dapat beraktivitas Kembali seperti biasanya. Hal itulah yang membuat masyarakat bergairah Kembali setelah “terkurung” sekitar 3 bulan lamanya, maka dari itu dirayakan dengan suka cita dengan membersihakan rumah, kumpul makan Bersama keluarga besar, saling mengunjungi, membagikan sebagai simbol melanjutkan rezeki kepada keturunan berikutnya dan terus menerus.

Lausie Tioyono, S.E, berfoto bersama siswa

Dewasa ini masyarakat umum lebih menyebut Chunjie (Festival Musim Semi) dengan istilah Guonian 過年  (Melewati Tahun/Merayakan Tahun Baru). Asal muasal “Nian 年” dan “Chunjie 春節” sebenarnya berbeda. Jadi sebenarnya apa itu “Nian 年”? Di dunia terdapat 2 penuturan yang menunjukkan hal tersebut, zaman dahulu terdapat sekor makhluk aneh yang bernama “Nian 年”, setiap penanggalan lunar bulan 12 tanggal 30 selalu muncul untuk merampas hasil panen dan mencelakai masyarakat di kampung. Dalam suatu kesempatan pada bulan 12 tanggal 30, Makhluk “Nian 年” muncul lagi, saat itu melihat 2 anak kecil sedang memainkan petasan. “Nian 年” tiba-tiba mendengar muncul suara ledakan, terkejut dan lari terbirit-birit. “Nian 年” lanjut pergi ke kampung lainnya, mengintip salah satu rumah yang dilewatinya, dan terlihat terang cahaya yang sangat menyilau, sehingga membuat “Nian 年” pusing tujuh keliling dan kabur jauh entah kemana. Akhirnya masyarakat menangkap sinyal bahwa “Nian 年” takut dengan suara ledakan, warna merah dan cahaya terang, sehingga membuat berbagai hal untuk menakuti “Nian 年”, yang akhirnya hal-hal tersebut menjadi tradisi turun temurun sampai saat ini.

Menurut penuturan lainnya yaitu di dalam kitab kuno Tiongkok, aksara “Nian年” terdapat radikal “He 禾” (menyimbolkan tanaman biji-bijian), itu melambangkan ketenangan alam dan panen yang berlimpah. Berhubung tanaman biji-bjian biasanya dipanen 1 tahun 1 kali, sehingga kata “Nian” bermakna awal tahun dalam 1 siklus tahunan. Di zaman dinasti Nanbei malah menyebut 1 siklus musim semi dengan istilah “Chunjie”. Menurut cerita, tahun baru lunar resmi disebut “Chunjie” yaitu terjadi pada saat revolusi Tiongkok. Dimana saat itu sedang dilakukan perubahan penanggalan, yaitu menggunakan penanggalan masehi. Demi untuk membedakan penanggalan lunar dan masehi, maka penanggalan lunar bulan 1 tanggal 1 diberikan istilah “Chunjie 春節”.

Ada beberapa ucapan yang biasanya sering diucapkan saat imlek terutama di saat bertemu dengan orang lain, diantaranya: Xinnian kuaile 新年快樂artinya Selamat Tahun Baru, Gongxi facai 恭喜發財artinya Selamat semoga rezeki bertambah, Wanshi ruyi 萬事如意artinya Semoga segala hal berjalan sesuai kehendak. Dan masih banyak lagi ucapan-ucapan lainnya, yang maknanya semuanya adalah menyatakan doa dan harapan yang terbaik bagi setiap orang.

Atas nama keluarga Besar SMK Katolik Santa Maria Pontianak mengucapkan “Selamat Merayakan Tahun Baru Imlek 2573, semoga berbahagia selalu”. Tetap Bersemangat

*)Tioyono

1 thought on “Tradisi yang Terjaga”

Comments are closed.