Fokus Kunzhong – Masalah bisa muncul di mana pun, kapan pun, dalam situasi apa pun, dan dialami oleh siapa pun. Lingkup masalah bisa sederhana, bisa juga kompleks. Masalah sederhana misalnya dialami seorang murid SD yang kehilangan buku pelajaran. Sewaktu akan mengikuti pembelajaran online, buku pelajaran yang dibutuhkan tidak siap. Minggu lalu buku itu masih digunakan, tetapi selesai pembelajaran tidak tahu diselipkan di mana. Masalah kompleks misalnya seorang siswa SMP setiap menghadapi pelajaran tertentu selalu merasa kehilangan semangat, kadangkala mengantuk bahkan pernah sakit kepala. Waktu guru menjelaskan, ia berharap pelajaran tersebut cepat-cepat berakhir. Mata pelajaran ini seolah siksaan bagi dirinya.
Di luar masalah terkait pelajaran, masih banyak masalah lain yang mungkin dialami oleh anak-anak, remaja, dan orang dewasa dari berbagai tingkat usia. Orang dengan tanggung jawab makin luas, masalah makin beragam dengan kompleksitas makin bervariasi. Sebagian orang bisa mengatasi masalah, namun tidak sedikit orang yang kesulitan mengatasi masalah bahkan membiarkan masalah memburuk atau menimbulkan masalah baru. Bagaimana dengan orang sukses, apakah mereka tidak pernah mengalami masalah? Sukses menurut Waitley (2016) adalah pemenuhan pribadi dalam hidup. Pemenuhan itu menciptakan kebermaknaan dalam pekerjaan dan kehidupan. Sukses tidak diberikan orang lain dan tidak dapat direbut orang lain. Sukses membutuhkan pengambilan risiko, kemampuan mengatasi tantangan, dan penggunaan sumber daya terbaik secara maksimal. Dengan kata lain orang sukses bukan tidak pernah mengalami masalah, tetapi mampu mengatasi masalah dengan tuntas dan dapat mencegah munculnya masalah yang mungkin mengganggu pekerjaan atau kehidupan.
Bukan saja sukses, orang yang berhasil mengatasi masalah juga dianggap cerdas. Menurut teori triarchic (Sternberg & Sternberg, 2012), kecerdasan itu mencakup tiga aspek: kreatif, kecakapan analitis, dan kecakapan praktis. Kreatif adalah kemampuan mencetuskan gagasan baru BERPIKIR SEWAKTU MENYELESAIKAN MASALAH 2 yang bermanfaat untuk memecahkan masalah. Termasuk kreatif adalah menciptakan gagasan baru, menemukan cara baru, atau merancang model baru untuk mengatasi masalah berbeda-beda yang dihadapi. Kecakapan analitis adalah kemampuan menentukan gagasan terbaik di antara sejumlah gagasan pemecahan masalah. Gagasan pemecahan masalah bisa ciptaan sendiri atau adopsi dari orang lain. Termasuk kecakapan analitis adalah menguraikan, membandingkan, dan mengevaluasi kelebihan dan kekurangan dari gagasan pemecahan masalah. Kecakapan praktis adalah kemampuan implementasi gagasan pemecahan masalah. Termasuk implementasi adalah menerapkan, menggunakan, dan memberdayakan.
MODEL PENYELESAIAN MASALAH
Bagaimanapun sederhananya suatu masalah, penyelesaian masalah setidak-tidaknya memerlukan empat langkah (Gambar 1). Keempat langkah itu adalah: (1) mengetahui masalah; (2) mendiagnosis masalah; (3) menyusun solusi; (4) melaksanakan solusi. Masalah sederhana misalnya seorang siswa salah berpakaian seragam. Hari itu Rabu, tetapi siswa tersebut memakai seragam hari Senin. Ia salah ingat karena kebetulan Senin-Selasa bertepatan libur nasional, jadi Rabu terasa Senin. Sesampainya di sekolah ia baru sadar setelah melihat perbedaan dengan teman_temannya. Kemudian ia melaporkan kealpaannya kepada wali kelas. Ia juga menghubungi orang tua lewat telepon sekolah untuk dibawakan seragam hari Rabu. Setelah orang tuanya sampai di sekolah, ia menuju ke ruang ganti untuk mengganti pakaian. Seragam yang salah pakai kemudian dibawa pulang oleh orang tua.
Penyelesaian masalah siswa salah pakai seragam, mungkin berbeda-beda sesuai aturan tata-tertib sekolah. Mungkin ada sekolah yang cukup melapor wali kelas, masalah selesai. Tetapi siswa yang mengenakan seragam lain sendiri, bisa merasa tertekan apabila setiap berjumpa orang lain menjadi sorotan mata. Karena itu penyelesaian siswa tersebut sudah tepat. Langkah pertama yang dilakukannya adalah mengetahui masalah, ia salah mengenakan pakaian seragam. Hari Rabu 1: Tahu masalah 2: Diagnosis masalah 3: Susun solusi 4: Laksanakan solusi 3 terpakai seragam untuk Senin. Pada langkah pertama ini ia mengidentifikasi masalah atau mengenal eksistensi masalah (Pretz et al., 2003). Ia juga membatasi lingkup masalah (Chevallier, 2016). Ia tidak membesar-besarkan masalah lantaran panik atau sebaliknya menyepelekan masalah karena sikap masa bodoh.
Penyelesaian masalah siswa salah pakai seragam, mungkin berbeda-beda sesuai aturan tata-tertib sekolah. Mungkin ada sekolah yang cukup melapor wali kelas, masalah selesai. Tetapi siswa yang mengenakan seragam lain sendiri, bisa merasa tertekan apabila setiap berjumpa orang lain menjadi sorotan mata. Karena itu penyelesaian siswa tersebut sudah tepat. Langkah pertama yang dilakukannya adalah mengetahui masalah, ia salah mengenakan pakaian seragam. Hari Rabu 1: Tahu masalah 2: Diagnosis masalah 3: Susun solusi 4: Laksanakan solusi 3 terpakai seragam untuk Senin. Pada langkah pertama ini ia mengidentifikasi masalah atau mengenal eksistensi masalah (Pretz et al., 2003). Ia juga membatasi lingkup masalah (Chevallier, 2016). Ia tidak membesar-besarkan masalah lantaran panik atau sebaliknya menyepelekan masalah karena sikap masa bodoh.
Langkah ketiga adalah menyusun solusi. Terpikir oleh siswa tersebut untuk melapor kepada wali kelas dan menghubungi orang tua. Jarak rumah – sekolah tidak terlalu jauh, sehingga memungkinkan orang tua mengantar pakaian ganti. Masalah salah pakai seragam relatif sederhana, karena itu solusi yang dipikirkan juga tidak rumit. Masalah yang lebih kompleks memerlukan informasi lebih detail agar dapat menyusun strategi lebih komprehensif, dengan mengalokasikan sumber daya yang relevan agar penyelesaian menjadi tuntas. Sumber daya yang dialokasikan bisa berwujud mental seperti pikiran, rencana, dan pengendalian emosi. Bisa juga berwujud fisik seperti tenaga, biaya, peralatan, perlengkapan, pemanfaatan waktu dan tempat.
Langkah keempat adalah melaksanakan solusi. Dalam contoh salah berpakaian seragam, siswa tersebut menghadap wali kelas, menelepon orang tua, dan mengganti pakaian. Untuk masalah kompleks, pelaksanaan solusi mencakup kombinasi serangkaian langkah operasional, dan perlu memonitor proses penyelesaian masalah serta mengevaluasi proses tersebut.
PERAN PIKIRAN
Penyelesaian masalah memerlukan proses kognitif sewaktu mengetahui dan mendiagnosis masalah, serta menyusun solusi dan melaksanakan solusi (Gambar 1). Masalah yang lumrah terjadi dan bagi orang berpengalaman, penyelesaiannya tidak memerlukan proses kognitif panjang. Solusinya bisa bersifat intuitif, misalnya seorang pengendara sepeda motor bermasalah dengan kendaraannya yang tidak bisa dihidupkan dengan electric starter. Pengendara itu kemudian menghidupkan dengan kick-starter. Bagi pengendara ini menggunakan electric starter atau kick starter hanya beda prosedur, jadi bukan masalah.
Mesin sepeda motor yang tidak bisa dihidupkan dengan electric starter mungkin membingungkan pengendara yang baru pertama mengalami. Apalagi kick starter relatif berat diengkol. Dalam situasi seperti ini kecakapan kognitif sangat berperan. Seperti terlihat pada Gambar 2, peran kecakapan kognitif yang pertama adalah waktu mendefinisikan masalah atau menentukan skema masalah (Jonassen, 2011). Peran ini nyata pada langkah mengetahui atau mengidentifikasi masalah. Peran kecakapan kognitif yang lain ada pada langkah diagnosis. Peran ini membanding-bandingkan masalah secara analogis dan memahami hubungan sebab-akibat. Pada langkah menyusun solusi, peran kognitif tampak saat memunculkan pertanyaan tentang strategi pemecahan masalah dan membuat model pemecahan yang sesuai karakteristik masalah. Pada langkah melaksanakan solusi, peran kognitif terutama secara kritis memperdebatkan langkah pemecahan, serta menggunakan proses metakognitif berwujud swapantau (self-monitoring) dan swaatur (self-regulation).
Orang yang setiap kali lancar memecahkan masalah sering dinilai cerdas. Tidak heran karena memecahkan masalah memerlukan solusi dalam bentuk gagasan. Kefasihan mencetuskan gagasan adalah ciri orang kreatif. Gagasan pemecahan masalah bisa satu, bisa lebih dari satu. Memilih gagasan terbaik perlu pikiran kritis untuk mencermati: (1) kekuatan dan kelemahan dari gagasan tersebut; (2) kemampuan penyelesaian masalah secara tuntas tanpa menimbulkan masalah Kecakapan kognitif Skema masalah Perbanding_an analogis Hubungan sebab-akibat Pemodelan Bertanya Memperde_batkan Pengaturan metakognitif 5 baru; (3) antisipatif dan fleksibel menghadapi perubahan; (4) optimal dan efisien penggunaan sumber daya. Berangkat dari pemikiran ini maka pemecahan masalah adalah wujud nyata untuk mengembangkan pikiran kreatif dan kritis.
BERBASIS KEARIFAN
Mengatasi masalah tidak cukup hanya berupaya agar masalah selesai, melainkan juga perlu memperhatikan proses dan efek penyelesaian. Masalah yang selesai untuk diri sendiri tetapi merugikan orang lain tentu bukan penyelesaian yang bijak. Contoh sederhana waktu hujan ketika sama-sama keluar dari kantor akan ke tempat parkir di lapangan. Payung hanya satu kepunyaan teman. Tidak mungkin payung direnggut dari teman untuk dipakai sendiri sementara teman dibiarkan basah kehujanan. Untuk menyelesaikan masalah dengan arif perlu sikap berikut.
- Sikap positif, percaya bahwa masalah dapat diatasi dengan pikiran tenang (Whimbey et al., 2013). Sikap positif juga termasuk pengendalian emosi. Tidak panik lantas melemparkan masalah kepada orang lain atau mengkambing-hitamkan orang lain. Masalah besar bisa diuraikan ke dalam sub-masalah agar penyelesaian lebih mudah dan lebih lancar.
- Responsif dan proporsional menempatkan masalah. Adakalanya orang tidak menyadari ada masalah. Contoh: seorang guru sudah belasan tahun mengajar. Pada materi tertentu sebagian besar siswa kesulitan menguasai. Guru ini memang memotivasi siswa agar tekun belajar, tetapi tidak menyadari kesulitan belajar adalah masalah yang harus dipecahkan. Akibatnya kesulitan siswa belajar selalu berulang setiap tahun.
- Menghindari solusi tunggal, begitu terpikir satu gagasan lantas beranggapan bahwa gagasan tersebut adalah satu-satunya jalan penyelesaian, tanpa memeriksa ulang kemungkinan cara lain yang lebih sesuai dengan karakteristik masalah.
- Proaktif mencegah masalah meluas atau memburuk, sehingga menuntut penyelesaian yang lebih rumit. Penanganan masalah perlu segera, tidak menunggu masalah berlalu atau menutupi masalah.
Adakalanya penyelesaian masalah memerlukan bantuan orang lain yang bisa dipercaya dan berniat baik. Bantuan bisa dalam bentuk perangkat lunak seperti nasihat, konseling, arahan, petunjuk, bimbingan, persuasi, dan lain-lain. Bantuan bisa juga dalam bentuk perangkat keras seperti materi, dana, sarana, prasarana, dan lain-lain.
Masalah tidak selamanya terjadi pada individu. Masalah bisa juga terjadi pada kelompok yang menjadi masalah bersama. Masalah kelompok misalnya terjadi pada sekolah, keluarga, komunitas, perusahaan, organisasi, pemerintah, masyarakat, negara, bangsa, bahkan bisa seluruh dunia. Contoh masalah yang mendunia adalah pandemi Covid-19 dengan segala kompleksitasnya. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyelesaian masalah bersama. Namun faktor kunci yang berpengaruh besar meliputi: kejelian pemimpin, tanggung jawab, koordinasi, kolaborasi, soliditas, responsiveness, komitmen, keterbukaan, dan lain-lain.
Penullis: Dr. A. Kadir
DAFTAR RUJUKAN
Chevallier, A. 2016. Strategic Thinking in Complex Problem Solving. New York: Oxford University
Press. Jonassen, D.H. 2011. Learning to Solve Problems: A Handbook for Designing Problem-Solving Learning Environments. New York: Routledge.
Pretz, J.E., Naples, A.J., & Sternberg, R.J. 2003. Recognizing, Defining, and Representing Problems. In Janet E. Davidson & Robert J. Sternberg. The Psychology of Problem Solving. Cambridge: Cambridge University Press.
Sternberg, R.J. & Sternberg, K. 2012. Cognitive Psychology (Sixth Edition). Belmont: Wadsworth.
Waitley, D. 2016. Psychology of Success: Finding Meaning in Work and Life (Sixth Edition). New York: McGraw-Hill.
Whimbey, A., Lochhead, J., & Narode, R. 2013. Problem Solving and Comprehension (Seventh Edition). New York: Routledge